MINTA MAAF SETIAP HARI BUKAN SETAHUN SEKALI

(sumber gambar https://images.app.goo.gl/y5dYAAQWQS9q1mh59)
Deus Providebit, selamat berjumpa kembali dalam tulisan reflektif sederhana
yang diulas sedikit “berbeda” berdasarkan pengalaman sehari-hari.
Judul
tulisan kali ini agak menyinggung namun sekali lagi gue bukan bermaksud SARA,
namun gue mau mengungkapkan mengapa bisa ada judul demikian bahkan menjadi
sebuah ilustrasi iklan.
Maaf,
menjadi sebuah kata baku dalam bahasa Indonesia yang sudah dikenal dan
digunakan sejak dahulu. Bahasa daerah pun juga sudah mengenal kata yang sejenis
dengan maaf ini baik dalam bentuk halus maupun kasar misalnya dalam bahasa
Jawa. Kata maaf dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti (n) 1 pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan,
denda dan sebagainya) karena suatu kesalahan; ampun: minta --; 2 ungkapan permintaan ampun atau penyesalan;
3 ungkapan permintaan izin untuk
melakukan sesuatu. Dalam penggunaannya, terutama jika ditambahkan imbuhan,
maka kata maaf bisa bervariasi sesuai imbuhan tersebut misalnya bermaaf-maafan,
memaafi, memaafkan, permaafan, pemaaf, pemaafan. Tentu akan ada arti yang
sedikit berbeda tergantung konteks imbuhan mana yang dipakai dalam kalimat. Oke
itu arti maaf secara harafiahnya.
Lalu,
berdasarkan arti tersebut maka kata maaf merujuk pada satu kesimpulan atau
makna sementara yang berarti meminta pengampunan atau penyesalan. Kita sepakati
pembahasannya sesuai judul tulisan tersebut, nah jika demikian mengapa kita
terkadang menjadikan momen untuk saling memaafkan hanya pada momen tertentu
saja misalnya seperti hari raya? Gue sadar ini pasti bakal jadi muncul
pendapat, ah ngawur elu bikin makna seenaknya. Tapi coba kita sadari, apakah
kita sadar untuk meminta maaf saat mengakui kesalahan yang secara sadar sudah
kita lakukan?
Meminta
maaf menjadi sebuah ekspresi sopan dari manusia untuk mengakui kesalahannya
yang sudah dia perbuat, berapa banyak kita sudah meminta maaf? Apakah kita
hanya sekadar menjadikan “maaf” hanya lip
service saja? Agar dipandang sebagai sosok orang baik hati namun setelah
itu kita kembali melakukan kesalahan yang sama? Tuluskah kita dalam meminta
maaf? Gue yakin sebagian diantara kita menjadikan maaf sebagai kata sakti
kepada seseorang agar kita bisa diterima kembali setelah melakukan kesalahan
yang sudah kita lakukan. Namun sekali lagi, itu tidak menjamin kita akan kapok
melakukan kesalahan yang sama kan? Hehehe... this is just my opinion
Semua
agama di dunia ini mengajarkan maaf sebagai bentuk ungkapan pengampunan dan
penyesalan sesuai makna dalam KBBI tadi, baik agama Islam, Kristen, Hindu,
Buddha, Kong Hu Cu pasti mengajarkan dan mewajibkan penganutnya untuk meminta
maaf jika melakukan kesalahan. Bahkan meminta maaf tidak hanya kepada sesama
umat beragama saja namun juga kepada Tuhan, Allah SWT, Buddha, Sang Hyang Widhi
sesuai agamanya ya. Nah, sekarang berkaitan dengan agama masih dalam konteks
maaf nih, berapa kali dalam sehari kita melakukan perbuatan dosa yang
seharusnya dilarang sama agama kita? Lalu dosa tersebut kita akumulasikan
sampai dengan umur kita sekarang, berapa banyak totalnya? Kayaknya sih banyak
banget ya, itung sendiri aja hehehehe namun poinnya maksud gue adalah ternyata
kita sebagai manusia sudah banyak melakukan perbuatan yang dilarang agama kita.
Baik dosa kepada Tuhan maupun dosa kepada sesama, ya kan?
Lalu
mungkin akan muncul orang yang berpendapat, sori mas Gindo, saya seorang
agnostik, saya tidak menganut agama tertentu jadi yang mas Gindo bilang ga
cocok dengan saya. Oke, gue akan membagikan opini gue lagi. Untuk mereka yang
mengaku udah ga beragama lagi (gue harus jujur gue ga munafik bahwa ada
orang-orang yang seperti ini, di luar negeri udah banyak kok nanti dibahas
dalam tulisan gue yang lain) kita pake logika yang sama seperti yang
sebelumnya. Sepanjang elu hidup, sudah berapa banyak pelanggaran yang udah elu
lakukan? Gue ga bicara tentang agama atau dosa lagi disini namun tentang
pelanggaran. Contohnya seperti, menolak ditilang, sengaja ga pake masker, ga
mau pake helm, bikin SIM pake calo, memaki orang lain, dan apa lagi ya yang
berkaitan dengan norma sosial? Hmm kayaknya sih banyak tapi balik lagi, untuk
mereka yang ga menganut agama nih, udah berapa banyak pelanggaran norma sosial
yang dilakukan? Ada kerugian yang ada terkait dengan pelanggaran kalian dan itu
dalam konteks agama termasuk dosa dan harus minta maaf juga kan? Kepada siapa
harus minta maaf? Tentu bukan kepada Tuhan, karena kan elu ga menganut agama
tertentu hehehe tapi paling tidak minta maaf kepada orang yang dirugikan karena
pelanggaran elu.
Balik
lagi ke judul tulisan diatas “minta maaf setiap hari bukan setahun sekali”, gue
secara pribadi setuju dengan judul tersebut dan itu menginspirasi gue untuk
menuliskan opini yang berbeda ini. Walaupun tulisan itu hanya sekadar trik
pemasaran dari perusahaan tapi maknanya cukup menggelitik nalar kita dan mengapa
gue setuju? Ya jelas sesuai yang udah gue ungkapkan diatas bahwa setiap hari
kita itu tanpa sadar melakukan perbuatan dosa meskipun cuma dalam pikiran aja.
Dalam agama gue, (gue seorang pendidik mata pelajaran agama Katolik) seseorang
tidak bisa dikatakan bersih dari dosa. Jadi begitu seseorang lahir ke dunia
dalam konsep agama Katolik, dia wajib dibaptis untuk membersihkan diri dari
“dosa asal” yaitu dosa yang diwariskan oleh Adam dan Hawa. Maka orang tua gue
waktu gue lahir ikut pembinaan rohani secara khusus agar gue dibaptis sehingga
dosa asal warisan si Adam dan Hawa hilang dari badan gue, keren kan? Hehehe
tapi nih ya, dengan dibaptis dari bayi tersebut bukan berarti gue bebas dosa
selamanya. Namanya manusia kan pasti berbuat dosa dong, makanya dalam agama
Katolik ada sakramen tobat atau pengampunan dosa yang bisa diterima kapan aja.
Nah lebih jelasnya baca literatur tentang ajaran Gereja Katolik di laman www.imankatolik.or.id
atau laman sejenis atau mau japri gue secara pribadi untuk tanya-tanya sharing akan gue bantu sejauh yang gue
mampu.
Maka,
minta maaf tentu tidak hanya secara spesial hanya dilakukan setahun sekali aja
dong kalo gitu. Setiap hari bahkan kalau perlu setiap waktu kita melakukan
kesalahan maka kita minta maaf kepada orang yang kita rugikan bahkan kepada
Tuhan sendiri. Gue yakin Tuhan Maha Pemaaf dan Maha Pengampun untuk hamba-Nya
yang sudah berdosa lalu meminta maaf serta pengampunan. Bahkan dalam beberapa
literasi agama yang gue tahu, Tuhan benar-benar memberikan pengampunan lalu
memberikan ganjaran surga kepada manusia yang bertobat hingga mendekati
ajalnya. Namun untuk manusia yang tidak mau bertobat, terus saja melakukan
perbuatan dosa tersebut ya maaf-maaf aja nih ganjarannya ya api neraka dalam
pandangan agama-agama tertentu. Trus, kita mau pilih yang mana? Gue disini ga
mau ikut campur urusan pribadi kalian, kalau ada yang berpendapat “ah mas
Gindo, urusan dosa urusan gue dengan Tuhan, elu ga usah ikut campur” ya monggo
silakan aja atau mungkin malah ada yang setuju dengan opini gue ya bagus juga
setidaknya gue mau menekankan bahwa semua perbuatan yang kita lakukan ada
dampaknya. Positif atau negatif perbuatan kita, itu juga yang akan menentukan
relasi kita pribadi dengan sesama. Maksudnya gimana ya mas?
Jadi,
menurut gue kalau kita sebagai manusia
sudah berusaha berbuat baik kepada sesama dan ada hasil positif yang dirasakan
sesama itu maka nilai hidup kita akan juga menjadi baik. Namun jika kita
sebagai manusia ada kesalahan yang kita lakukan kepada sesama sehingga
menyebabkan kerugian maka ya segera kita minta maaf tidak perlu menunggu momen
spesial aja hehehe..jika kita tidak segera minta maaf maka dikhawatirkan
hal itu akan jadi beban dosa pribadi kita hingga kita meninggalkan dunia ini.
Lalu untuk mereka yang dimintai maaf, nah ini suka ga suka, mau ga mau ya kita
harus memaafkan orang tersebut. Memaafkan secara tulus pada akhirnya akan
dicatat oleh Tuhan sebagai amalan pribadi kita, biarlah Tuhan yang menentukan
pada akhirnya kan? Andaikata ucapan maaf dari orang yang salah kepada kita
tidak dilakukan secara tulus dan kita juga tidak memaafkan secara tulus, gue ga
mau komentar disini, biarlah itu menjadi urusan kalian masing-masing dengan
Tuhan hehehe..maka dari itu, mari kita sadari keberadaan kita sebagai manusia
yang lemah di alam semesta ini dan seandainya kita melakukan kesalahan mari
kita ucapkan maaf secara tulus kepada Tuhan serta sesama dengan niat untuk
tidak mengulanginya lagi saat itu juga. Karena kita tidak pernah tahu apa
yang akan terjadi dengan proses hidup kita, baik atau buruknya setidaknya kita
punya pilihan dan Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita. Sudahkah
elu minta maaf hari ini? Terima kasih dan Deus Providebit.
Bekasi,
Libur kedua Idul Fitri 1441 Hijriah
@ant_gindo
Komentar
Posting Komentar